Time Is Monneyyyy

Bahasa / Language

Google

Yang Mampir Di Blog Ini.....

Rabu, 20 April 2011

Analisa Fenomena PSK dan Waria

Berdasarkan penelitian dan observasi yang telah kami lakukan, terdapat beberapa faktor yang membuat seseorang menjadi PSK atau waria diantaranya : Faktor ekonomi, Faktor Pengaruh lingkungan, Keretakan rumah tangga / Keluarga yang tidak harmonis, Faktor Traumatik, dan lain sebagainya. PSK sering diidentikan dengan para wanita penghibur tetapi bukan hanya wanita yang menjadi PSK melainkan terdapat pula Pria atau laki-laki yang berprofesi sebagai PSK. Pria atau laki-laki yang berprofesi sebagai PSK umumnya bekerja secara tersembunyi tidak secara terang-terangan seperti yang dilakukan oleh Wanita.
Wanita yang bekerja sebagai PSK di sebut Wanita Tuna Susila atau WTS, berusia berkisar antara 17-50 tahunan. Mereka bekerja umumnya di koordinir oleh seorang Bos yang disebut Mucikari atau Mami, tetapi ada juga yang bekerja secara Individual, bagi WTS yang bekerja di koordinir pengahsilan yang mereka dapat di potong atau di bagi dua oleh Mucikari atau mami, PSK hanya mendapat sebagian kecil dari penghasilan mereka. Para PSK sebenarnya menyadari resiko besar yang di hadapi dalam menjalani profesi tersebut, berbagai penyakit yang bisa merenggut nyawanya. Sebagian dari mereka bekerja secara tersembunyi, keluarga mereka tidak mengetahui profesi yang dikerjakan anak atau istrinya, namun terdapat pula keluarga yang mengetahui bahkan tega menyuruh anak atau istrinya melakukan pekerjaan tersebut, kerena tuntutan ekonomilah yang menyebabkan mereka terpaksa menjalani profesi tersebut.
Selain faktor diatas, terdapat pula seseorang yang menjadi PSK karena rumah tangga yang tidak harmonis, seorang yeng terjerumus tersebut di sebabkan karena kurang inetraksi antara suami istri sehingga salah satu pasangan merasa kurang di hargai yang menyebabkan mereka mencari jalan pintas untuk mencari kenikmatan sesaat.
Sedangkan para waria, selain disebabkan karena faktor ekonomi tersebut, ada juga yang disebabkan karena faktor lingkungan,seperti sering bergaulnya mereka dengan para waria, atau karena faktor traumatik semasa kecil, misalnya karena sering diperlakukan seperti wanita, atau karena pelecehan seksual yang dilakukan sehingga menyebabkan orang tersebut berprilaku seperti wanita yang akhirnya mereka pun menjadi terbiasa dengan hal-hal tersebut.
Dalam hal ini kita dapat menilai bahwa PSK dan waria bukan hanya sebagai subjek yang merusak , tetapi dalam hal ini ia juga sebagai korban. Penilaian dari sisi lain ini atas dasar tidak semua PSK dan Waria berkeinginan menjadi PSK dan Waria. Banyak dari mereka yang �berjualan� secara terpaksa. Hal ini dikarenakan tuntutan dari mucikari atau para distributornya dengan ancaman-ancaman yang kejam. Dan dengan keterpaksaan ini akan membuka peluang saling tular berbagai macam penyakit seperti HIV/AIDS. Dengan tarif mereka yang relatif murah membuat mereka merasa tidak perlu mengeluarkan uang untuk memeriksakan kesehatannya. Selain itu keengganan PSK dan waria untuk meminta para pelanggan mereka untuk menggunakan pengaman akan memperbesar kemungkinan terjadinya kehamilan dan dapat dipastikan bahwa sebagian besar dari kehamilan tersebut adalah kehamilan yang tidak di kehendaki, dan aborsi adalah solusi yang kerap diambil. Dengan minimnya kemampuan ekonomi dan pengetahuan mereka, kemungkinan aborsi tersebut dilakukan secara tidak aman.
Melihat fenomena yang memperihatinkan ini, seharusnya kita bersama- sama memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk menghilangkan "Budaya" ini, serta membinasakan adanya pelayana seks bebas ini. Ada 4 komponen yang melingkupi dunia prostitusi , yaitu : Para Penjaja Seks, Pengguna seks, Penyedia fasilitas, dan Orang yang melindungi Praktek prostitusi tersebut. Tetapi yang terjadi adalah ketidak seimbangan perlakuan dengan hanya menyudutkan para PSK, baik sebagai subyek sekaligus obyek hukum. Karena sering razia yang dilakukan yang di tangkap aparat hanya para penjaja Seks(PSk), sedangkan yang lainnya tidak di tindak atau di tangkap. Dalam kasus ini, hendaknya Departemen Sosial selaku pemerintah dan aparat kepolisian membuat sebuah solusi yang tepat untuk hal ini.
Masyarakat umumnya beranggapan sebelah mata terhadap mereka, bahkan menyebut mereka sebagai Sampah masyarakat, tetapi mereka sendiri sebenarnya tidak ingin menjalani profesi tersebut. Sehingga banyak razia yang dilakukan oleh satpol PP bukan untuk menghukum mereka tetapi justru memberikan mereka pelajaran kepada mereka. Hal ini tidak efektif karena peran serta masyarakt sangat di perlukan juga karena bagaimapun aktifitasnya, mereka adalah manusia. Banyak cara yang dilakukan agar mereka tidak lagi terjebak di dunia prostitusi diantaranya memberikan pengetahuan agama, memberikan penyuluhan tentang akibat seks dan pergaulan bebas, memberi mereka bekal berupa keterampilan dan kemampuan sehingga mereka dapat membuka usaha yang tidak berhubungan lagi dengan dunia prostitusi sebagai penghasilan atau mata pencarian. Penyuluhan terhadap masyarakat di sekitar lokasi prostitusi pun harus dilakukan, dengan adanya penyuluhan dan pemberian motivasi terhadap mereka, setidaknya pasti hatinya akan tergerak..


Saran :
Di tempat lokalisasi sering diadakan pendalaman keagamaan, penyuluhan atau bimbingan, kegiatan sosial seperti mengajarkan kepada mereka keterampilan atau kemampuan. Seperti yang dilakukan pemerintah di lokalisasi keramat tunggak yang sekarang menjadi Jakarta Islamic Center

Tidak ada komentar:

Posting Komentar